“Mau ke mana kamu?” tanya
bundanya.
“Mau beli kutek, bu,” jawabnya
kalem. Ia mencium bundanya dengan mesra.
“Hati-hati, ya,” pesan
bundanya.
“Iya, bu,” angguknya sambil
tersenyum dan melambaikan tangannya.
Itulah dia... Sana Naidaly.
Kepergian Sana bukan untuk
membeli kutek. Itu hanya alasannya saja, agar bundanya mengizinkannya keluar.
Sebenarnya Sana pergi untuk
belajar mengemudi mobil di suatu tempat yang dirahasiakan. Dalam hatinya,
tertanam rasa benci yang sangat dalam pada Israel, apalagi setelah bangsa
Yahudi itu mencaplok wilayah Libanon Selatan. Dia menyaksikan, bangsanya telah
diperlakukan dengan bengis, kejam dan biadab oleh Israel itu. Amarahnya meluap
dalam dadanya. Dia bertekad, akan berbuat sesuatu untuk membebaskan tanah
airnya itu...
Beberapa hari telah
berlalu....
Sana Naidaly belum pulang ke
rumahnya. Bundanya sangat mencemaskannya, khawatir dia diculik oleh Israel.
20 hari telah berlalu....
Tersiar berita di koran-koran
setempat:
Seorang
gadis cantik menabrakkan mobilnya yang bermuatan bom ke arah iring-iringan
kendaraan tentara Israel di jalanan pegunungan dekat Jezine, 51 km sebelah
tenggara Beirut. Mobil itu meledak, menewaskan kurang-lebih 5 tentara Israel
dan melukai 50 orang lainnya. Dan gadis itu hancur bersama ledakan bom yang
keras itu. 9 April 1985.
Siapa gadis pemberani itu?
Ternyata... dia adalah Sana
Naidaly...
Sebelumnya Sana telah
mengirimkan hadiah buat bundanya yang bernama Fathimah, berupa parfum,
kalung permata biru, dan secarik kertas bertuliskan:
“Don’t cry me! South Lebanon must be
proclaimed!
Jangan tangisi
aku! Libanon Selatan harus dibebaskan!”
Bunda Fathimah tidak bisa
berbuat apa-apa lagi. Air matanya berlinangan. Ia pasrah. Dalam ingatannya
terbayang saat puterinya itu menciumnya sewaktu hendak membeli kutek itu.
Sementara ayah Sana, di
samping sedih, ia merasa bangga, karena puterinya akan tercatat dalam lembaran
sejarah orang-orang Muslim Lebanon Selatan dalam mengusir pendudukan Israel
dari tanah airnya.
Hingga saat ini, pengorbanan
Sana Naidaly selalu dikenang dan menjadi pengobar semangat jihad. Mereka
menjuluki Sana Naidaly sebagai “Pengantin Dari Selatan”, karena
ia gugur sebagai syahidah sebelum menikah. Julukan itu selanjutnya menjadi adat
bagi Muslim di Libanon....
********
No comments:
Post a Comment